Selasa, 29 Desember 2009

Sistem Instalasi kebutuhan air untuk Rumah Sakit

Rumah sakit adalah tempat yang unik. di dalamnya terdapat orang-orang yang menginap layaknya hotel, ada orang yang bekerja layaknya di kantor, ada juga restoran dan dapur yang melayani orang yang menginap dan bekerja tadi. Lebih rumit lagi, rumah sakit ada alat-alat besar yang mendukung operasionalnya seperti genset, boiler, clarifier (pemasok air panas) dan alat-alat kesehatan seperti mesin haemodialysa, alat penguji darah dan sejumlah peralatan lain.

Karena kondisi yang unik tersebut, maka desain kebutuhan air untuk rumah sakit tidak dapat disamakan dengan desain kebutuhan air untuk hotel, hunian/residential, mal atau bangunan komersial lainnya. Desain kebutuhan air untuk rumah sakit harus dibuat unik pula berdasarkan pelbagai aktivitas rumah sakit dan orang-orang di dalamnya yang meliputi, pegawai, pasien, pengunjung dan mesin-mesin di dalamnya.

Contoh yang ekstrim untuk ini misalnya kebutuhan air untuk pasien di unit haemodialysa (cuci darah) yang membutuhkan air reverse osmosis dan steril, para pengunjung membutuhkan air bersih untuk aktivitas mereka di MCK, sementara para unit instalasi gizi membutuhkan tingkat kualitas air minum baik untuk supply pegawai atau para pasien rawat inap.

Jika didetailkan lebih jauh, maka kebutuhan air untuk rumah sakit dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Air bersih (Permenkes 416 tentang standard air bersih) untuk MCK dan kebutuhan umum
2. Air lunak / soft water --> heat exchanger, mesin sterilisasi di CSSD, clarifier / air panas)
3. Air Reverse Osmosis yang diaplikasikan untuk :
- Air minum --> untuk instalasi gizi dan kantin / cafetaria
- Unit Haemodialysa
- steam generator di boiler dan alat CSSD
- laboratorium, biasanya ditambahkan lagi deionizer untuk lebih memurnikannya

Kenyataannya, pendirian rumah sakit tidak didasarkan atas kebutuhan tersebut. Rumah sakit baru yang didirikan biasanya hanya menggunakan filter pasir dan karbon aktif saja. Rumah sakit kemudian akan membuat instalasi air bersih parsial di unit-unit yang membutuhkan tingkat kualitas air lebih tinggi. Hal ini menyebabkan biaya lebih tinggi dan tidak efisiennya ruangan yang digunakan karena pengelola harus menyediakan tempat untuk instalasi air parsial tersebut. Belum lagi masalah estetika, karena rumah sakit modern dirancang lebih nyaman bagi para pasien dan pengunjungnya.

Untuk mendapatkan desain kebutuhan air yang efektif dan efisien baik secara budget dan luasan tempat yang dipakai sebaiknya menyarankan kepada arsitek, konsultan ME bekerja sama dengan specialis water treatment yang faham dengan kebutuhan air rumah sakit. Salah satunya bisa kontak di telpon 0856 888 1197 dengan pemilik blog ini :-)

Selasa, 22 Desember 2009

 Jenis-jenis pengolahan limbah cair

Pengolahan limbah dapat digolongkan pada beberapa jenis meliputi: (a) sistem lumpur aktif (b) sistem trikling filter, (c) sistem RBC (Rotating Biolocal Disk), (d) sistem SBR (Sequencing Batch Reactor), (e) kolam oksidasi,(f) sistem UASB, dan (e) septik tank. Kedua sistem terakhir ini termasuk dalam kategori pengolahan limbah cair secara anaerobik.


a. sistem lumpur aktif

Sistem lumpur aktif adalah sistem pengolahan limbah dengan menggunakan biomassa sehingga menghasilkan lumpur hasil aktifitas mikroorganisme yang kemudian diendapkan. Sehingga sistem ini selalu memiliki dua proses utama yaitu adanya bioreaktor dan bak/tangki pengendapan (sedimentation tank).



Gambar 1. Bioreaktor (ditulis dengan AEROBIC TANK) dan tangki pengendapan SEDIMENTATION TANK), dua proses utama dalam sistem lumpur aktif.

Dalam tangki bioreaktor dialirkan gelembung udara (diaerasi) yang berfungsi dalam proses penguraian oleh mikroorganisme. Proses aerasi ini juga disertai pengadukan sehingga terjadi proses yang hampir sama di semua bagian bak. Suspensi biomassa dalam limbah cair yang diolah ini kemudian diteruskan ke tanki pengendapan dimana terjadi pemisahan antara biomassa dan air. Air hasil olahan ini kemudian dibuang ke lingkungan, sementara biomassa sebagian
dimasukkan kembali dalam bioreaktor dan sisanya dibuang sebagai exess sludge.

Pengolahan limbah cair dengan sistem lumpur aktif didesain dengan berbagai tujuan diantaranya : (1) penyisihan senyawa karbon (oksidasi karbon), (2) penyisihan senyawa nitrogen, (3) penyisihan fosfor dan (4) stabilisasi lumpur secara aerobik simultan.

Penyisihan senyawa karbon (organic matter) adalah proses oksidasi senyawa organik oleh mikroorganisme dibantu oksigen yang menghasilkan gas karbon dioksida. Sementara penyisihan senyawa nitrogen (eliminasi nutrien: nitrogen dan fosfor) dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya eutrofikasi pada perairan.

Proses bioreaktor terjadi karena mikroorganisme dalam biomassa menguraikan bahan organik tersebut menjadi air, karbon dioksida dan sludge. Agar proses tersebut berjalan dengan baik maka ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

  • polutan dalam limbah cair harus kontak dengan
    mikroorganisme
  • suplai oksigen terpenuhi
  • nutnien terpenuhi
  • waktu tinggal (waktu kontak) terpenuhi dan
  • jumlah serta jenis biomassa

Untuk mencapai proses yang sempurna diperlukan pemenuhan kriteria seperti yang disebutkan diatas. Dengan demikian, perancangan desain awal dan operasional sistem berjalan menjadi sangat penting. Parameter yang harus diperhatikan untuk sistem lumpur aktif adalah tingkat pembebanan, konsentrasi biomassa (diukur dari Mixed Liquor Suspended Solids disingkat MLSS), konsentrasi oksigen terlarut, lama waktu aerasi, umur lumpur, dan suplai oksigen.

Sumber Bishof, 1993 dalam Dirjen IKM - Deprin, 2007

AddThis

Bookmark and Share